Direktur Buah & Florikultura Dampingi Kunjungan Dadakan Komisi IV DPR RI ke Kebun Anggur Firizco
Bandung, jakwarta.com | Kebun Anggur Firizco, yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, menerima kunjungan mendadak dari Komisi IV DPR RI pada Selasa (25/2/2025). Rombongan dipimpin oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Hj. Siti Hediati Soeharto, SE, yang akrab disapa Titiek Soeharto. Turut serta dalam kunjungan tersebut Wakil Ketua Komisi IV, Ir. Panggah Susanto, MM, serta anggota Komisi IV lainnya, yaitu Dr. H. Dadang Naser, S.H., S.I.P., M.I.Pol, Rajiv, Alien Mus, S.Sos., dan Ir. K.R.T. H. Darori Wonodipuro, M.M., IPU.
Mereka didampingi oleh Dr. Liferdi Lukman, SP, M.Si (Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian RI), Ketua Umum Asosiasi Penggiat Anggur Indonesia (ASPAI) Tosan Ajie, serta Ketua DPD ASPAI Kabupaten Bandung Barat yang juga merupakan pemilik Kebun Anggur Firizco, Dafa Bagaskara. Rombongan langsung melakukan panen anggur di lokasi.
Indonesia Berpotensi Swasembada Anggur
Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, mengaku terkesan dengan keberhasilan kebun anggur Firizco dalam membudidayakan berbagai jenis anggur berkualitas. "Hari ini, kami dari Komisi IV diundang untuk melakukan panen anggur. Saya tidak menyangka bahwa anggur yang dihasilkan sangat bagus. Biasanya kita melihat anggur seperti ini di supermarket sebagai produk impor, tetapi ternyata kita sudah bisa produksi sendiri," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa budidaya anggur telah berkembang di berbagai daerah di Indonesia dan memiliki potensi besar untuk mengurangi impor. "Indonesia adalah negeri yang subur. Dengan semangat dan kerja keras, kita bisa swasembada anggur. Mungkin dalam dua hingga tiga tahun ke depan, kita tidak akan lagi mengimpor anggur," tegasnya.
Dukungan Komisi IV untuk Swasembada Anggur
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ir. Panggah Susanto, MM, menambahkan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung potensi budidaya anggur lokal. "Kita bisa saksikan sendiri bahwa anggur yang dikembangkan di Kebun Firizco memiliki kualitas dan ukuran yang tidak kalah dengan anggur impor. Bahkan, keunggulan kita adalah bisa membuahkan anggur sepanjang tahun dengan rekayasa budidaya tertentu," katanya.
Menurutnya, semangat swasembada anggur di Indonesia sangat jelas terlihat. Ia menegaskan bahwa impor buah, termasuk anggur, harus dikurangi melalui tahapan pengembangan yang serius dan dukungan penuh bagi petani hortikultura agar lebih kompetitif.
Peran ASPAI dalam Pengembangan Budidaya Anggur Lokal
Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian RI, Dr. Liferdi Lukman, menyampaikan bahwa kunjungan ini menjadi momentum bagi ASPAI untuk memperkenalkan potensi besar budidaya anggur di Indonesia. "Selama ini, orang lebih mengenal anggur sebagai produk impor. Padahal, sejak ASPAI berdiri hampir tiga tahun lalu, kita telah memiliki kemampuan untuk memproduksi anggur sendiri," jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa ASPAI saat ini telah memiliki 50 DPD di seluruh Indonesia dan telah mendaftarkan 10 varietas anggur unggulan. "Kami berharap pemerintah pusat dan daerah tidak ragu untuk mendukung program swasembada ini, terutama karena impor anggur sudah mencapai Rp7 triliun. Kementerian Pertanian dan ASPAI berkomitmen untuk menurunkan angka tersebut," ujarnya.
Selain itu, ASPAI juga telah mensertifikasi sumber daya manusianya melalui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yang semakin memperkuat kesiapan Indonesia dalam bersaing di sektor ini.
Harapan ke Depan
Ketua Pengawas ASPAI, Andi Ziwana Putra, menyambut baik kunjungan ini sebagai bukti nyata bahwa pemerintah mulai melihat langsung perkembangan budidaya anggur di Indonesia. "Ini momen istimewa bagi kami. Alhamdulillah, Komisi IV DPR RI bisa melihat langsung bahwa anggur dapat diproduksi di Indonesia. ASPAI siap bersinergi dengan pemerintah untuk menurunkan impor anggur dan memperkuat pertanian hortikultura nasional," katanya.
Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan semakin banyak dukungan terhadap pengembangan budidaya anggur di Indonesia, sehingga swasembada anggur bisa segera terwujud dan ketergantungan pada impor dapat dikurangi secara bertahap.
(Adegun/Roy)